Hai Sowbats, pernah gak kalian merasa setelah duduk langsung berdiri itu rasanya sempoyongan, pandangan mata langsung hitam, dan langsung merasa sangat pusing? Atau setelah tidur, lalu langsung berdiri juga merasakan hal yang sama juga seperti itu?. Well, ini kondisi apa sih sebenarnya?
Kondisi pusing, sempoyongan, dan pandangan mata kabur/langsung hitam itu disebut dengan kondisi hipotensi ortostatik. Kondisi tersebut terjadi akibat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau penurunan tekanan darah diastolic sebesar 10 mmHg ketika posisi berdiri dari posisi duduk atau berbaring. Gejala pada pasien hipotensi ortostatik sendiri ada yang menunjukkan gejala namun ada juga yang tidak menunjukkan gejala. Gejala umum yang biasa muncul seperti pusing, pandangan kabur, lemas, mual, dan sakit kepala. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dikarenakan seseorang mengalami dehidrasi, kehilangan darah seperti adanya cidera atau masa menstruasi, adanya penyakit pada sistem neurologi, kardiovaskular, atau endokrin, atau sedang dalam masa konsumsi obat-obatan yang dapat memicu timbulnya hipotensi ortostatik.
Hipotensi ortostatik dapat ditegakkan dengan diagnosis dengan dibantu oleh tes tilt table head up. Tes tersebut digunakan untuk menilai respon pasien terhadap tanda-tanda vital ortostatik dan tekanan darah diukur kemudian. Pengobatan hipotensi ortostatik sendiri terdiri dari konsumsi obat dan juga edukasi non-farmakologi yaitu edukasi perilaku terkait gejala yang mungkin muncul serta perilaku keseharian untuk menekan terjadinya hipotensi ortostatik.
Tatalaksana Hipotensi Ortostatik
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi hipotensi ortostatik. Salah satunya adalah dengan strategi from A to F. Apa yang dimaksud dengan A-F? Yuk, simak!
1. A: Abdominal compression (kompres perut)
Kompres perut dipasang dan diikat di perut sebelum bangun dari tempat tidur pada pagi hari dan dilepas ketika berbaring terlentang. Kompres perut ini cukup sederhana dilakukan dan mampu memberikan efek yang cepat, serta kebutuhannya dapat disesuaikan terutama untuk pasien hipotensi ortostatik berkepanjangan. Kompres perut ini disarankan karena dapat menurunkan kapasitansi vena sehingga dapat mengurangi risiko hipotensi ortostatik.
2. B: Boluses of water (konsumsi air putih) dan Bed up (cara tidur)
Minum 2 gelas air putih dengan cepat dapat membantu meningkatkan volume plasma sehingga menghindarkan dari hipovolemia yang dapat mengarah pada hipotensi ortostatik. 2 gelas air putih yang setara 500 mL dapat meningkatkan tekanan darah sistolik lebih dari 20 mmHg selama sekitar 2 jam, di mana teknik ini dapat digunakan bila harus berdiri lama. Cara lain yang dapat dilakukan pada pasien hipotensi ortostatik adalah dengan meletakkan kepala pada posisi yang lebih tinggi sekitar 10 cm ketika berbaring.
3. C: Counter Maneuvers
Melakukan peregangan otot pada tubuh bagian bawah seperti mengangkat jari-jari kaki, mengangkat kaki dan menyandarkannya di tembok, menyilangkan kaki, atau jalan ditempat perlahan selama sekitar 30 detik. Cara ini dilakukan untuk mengurangi kapasitansi vena, meningkatkan resistensi perifer total, dan juga menambah aliran balik vena ke jantung. Peregangan otot ini disarankan untuk menjaga tekanan darah setelah beraktivitas sehari-hari terutama setelah melakukan kegiatan berat seperti berdiri untuk waktu lama.
4. D: Drugs (obat)
Beberapa obat-obatan yang direkomendasikan untuk meningkatkan tekanan darah yaitu:
a. Midodrine = golongan vasopressor yang digunakan untuk mengobati neurogenic hipotensi ortostatik
b. Fludrocortisone = golongan mineralocorticoid sintetis untuk meningkatkan volume plasma dan meningkatkan sensitivitas vaskular alpha-adrenoceptor
c. Pyridostigmine = merupakan inhibitor kolinesterase yang meningkatkan neurotransmisi ganglionic dalam jalur barorefleks simpatis
5. E: Education (penyuluhan/edukasi) dan Exercise (aktivitas/olahraga)
Pasien harus paham mengenai gejala yang timbul bila terjadi penurunan tekanan darah. Selain itu juga harus paham mengenai kondisi atau aktivitas yang dapat menurunkan tekanan darah seperti berdiri terlalu lama, konsumsi alkohol, atau terlalu sering mandi air hangat. Bila diketahui gejala dan kondisi seperti itu, maka dapat dilakukan upaya pencegahan oleh diri sendiri. Pasien juga disarankan melakukan aktivitas fisik sedang seperti olahraga dengan posisi terlentang atau duduk seperti berenang dan bersepeda.
6. F: Fluid and salt (volume expansion) (konsumsi cairan dan garam)
Konsumsi banyak cairan dan garam. Ketentuan yang disarankan yaitu minum 8 gelas sehari (1,25 – 2,5 L) air putih dan konsumsi garam antara 10 – 20 gram setiap harinya.
Itulah sowbat alasan cara penanganan pada kondisi hipotensi ortostatik. Banyak faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi, dan strategi from A-F sebagai strategi yang digunakan untuk mengatasi kondisi ini. Hipotensi ortostatik ini juga dapat dicegah lho, yaitu dengan memperlambat gerakan, misal jika dari posisi tidur mau berdiri, pergerakannya perlahan-lahan, bangun dari tidur, kemudian duduk sebentar dan kemudian baru berdiri. Oke? Stay healthy ya Sowbats!
Referensi
Journals:
- Journal titled, “Preventing and Treating Orthostatic Hypotension: As Easy As A, B, C” by Figueroa, Juan J., et al. Published by Cleve Clin J Med. (77(5): 298-306) on 2010.
- Journal titled, “Evaluation and Management of Orthostatic Hypotension” by Lanier, Jeffrey B., et al. Published by American Family Physician (84(5): 527-536) on 2011.